Jumat, 13 Januari 2012

Gaji naik turun, gak perlu manyun

Uang memegang peranan penting dalam urusan duniawi. Tak sedikit yang mengatakan uang adalah segala-galanya, karena dengan memiliki uang melimpah kita bisa membeli semuanya, bahkan mengatur hidup orang lain.

Hidup bahagia dengan uang. Namun, tak semua pandangan itu benar. Ada pula, orang yang memiliki uang melimpah, namun hidupnya tetap saja tak bahagia. Di satu sisi, ada juga orang yang memiliki uang pas-pasan, tetapi menikmati hidup dengan suka cita.

Setiap orang memiliki berbagai cara untuk memperoleh uang. Ada yang bekerja keras, menjadi seorang wiraswasta, atau menipu orang lain. Cara terakhir tak mungkin kita terapkan, karena bertentangan dengan norma sosial.

Bekerja atau membuka usaha menjadi satu cara memperoleh uang atau pendapatan. Akan tetapi, persoalan kembali muncul, saat kebutuhan hidup kian pendapatan yang kita peroleh tak lagi mencukupi.

Perencana keuangan dari Shildt Financial Planning Risza Bambang mengatakan kerap kali orang tak mampu mengukur diri memenuhi kebutuhan hidup, karena tidak mampu menghitung posisi aset yang dimiliki saat itu.

“Makanya saya sering sebut, orang yang memiliki uang banyak tetapi utangnya juga menumpuk, pada dasarnya dia bangkrut. Utang itu bukan harta, karena pembayarannya yang bisa dicicil seolah bisa dianggap harta,” ujarnya.

Oleh sebab itu, dia memberi masukan kepada masyarakat yang memiliki pendapatan tetap maupun yang tingkat pemasukannya naik turun setiap bulan, agar benar-benar mengetahui posisi keuangan yang dimiliki saat ini.

Langkah berikutnya, menetapkan tujuan keuangan, misal mulai mempersiapkan biaya pendidikan anak. Nominal yang disiapkan harus terukur dengan melakukan hitung-hitungan kotor, taruhlah kebutuhan pendidikan anak Rp20 juta.

“Jangan sekali-kali mempunyai pola pikir kita bekerja hanya untuk mencari makan, karena orang hidup harus memiliki tujuan,” katanya.

PENDAPATAN TIDAK TETAP

Nah, masalah yang biasanya dihadapi orang yang pendapatannya tidak tetap adalah kekurangan dana. Suatu saat pendapatan sebulan tinggi, karena target penjualan terpenuhi sehingga tak masalah dengan kebutuhan yang harus dicukupi.

Kadang pula, pendapatan bulanan itu tiba-tiba turun drastis. Menghindari hal ini, dia menyarankan melakukan proyeksi tertulis dan membuat pembukuan, sehingga apa yang dibutuhkan dapat dipersiapkan dananya.

Sebagai contoh, sebuah keluarga saat ini memiliki dana pendidikan anak sebesar Rp5 juta, namun untuk kebutuhan pendidikan anak lebih tinggi lagi pada 2015 dibutuhkan dana Rp20 juta.

Melihat selisih Rp15 juta tersebut, dia harus mempersiapkan dana untuk empat tahun kedepan sebesar Rp15 juta.

Dengan demikian kita mengetahui berapa jumlah dana yang dibutuhkan secara keseluruhan, kapan dana tersebut digunakan, bagaimana cara mengumpulkan dananya, kemana dana tersebut akan diinvestasikan, serta bagaimana mengantisipasi risiko-risiko yang berpotensi muncul.

"Jangan melakukan cara-cara lain yang tidak terdapat dalam rencana. Misalnya nih, lagi pergi belanja. Kebutuhan yang tertulis di daftar beli barang A, namun pada kenyataannya membeli barang B. Jangan sampai terjadi,” jelasnya.

Hal ini merupakan penyimpangan dalam perencanaan keuangan, sehingga bisa membuat apa yang dibutuhkan tertunda untuk terbeli atau bisa sebaliknya malah tidak jadi terbeli.

Terakhir, memastikan seluruh rencana keuangan berjalan sesuai alur yang disusun. Dengan demikian, saat muncul selisih dari rencana yang disusun atau terdapat kesulitan dapat segera ditemukan, sehingga langkah perbaikan menjadi lebih tepat berdasarkan data yang akurat.

Arya Permadi dari One Consulting menambahkan prioritas mengelola keuangan yang harus diperhatikan adalah menempatkan pos pengeluaran rutin dan pengeluaran tidak rutin.

Pengeluaran rutin dapat dirunut dari mulai cicilan utang yang bersifat jangka pendek hingga yang sifatnya jangka panjang. “Cicilan jangka pendek karena biaya keterlambatan cicilan umumnya lebih tinggi dibanding yang lain,” katanya.

Selain itu, pos pengeluaran rutin mencakup biaya sekolah anak, mulai dari biaya kursus, operasional rumah tangga, dan lain-lain.

Adapun untuk pos pengeluaran tidak rutin, mencakup pengeluaran yang bisa ditunda dan tidak menimbulkan efek apapun pada aktifitas sehari-hari, seperti membeli pakaian, berlibur, atau nonton.

Mengatur keuangan bukan berarti pelit, tetapi mendisiplinkan gaya hidup agar tetap bahagia.

[Source : bisnis.com]

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.