Kamis, 05 Januari 2012

Dahlan Iskan Tak Mau Semua BUMN Cari Untung

Menteri BUMN Dahlan Iskan tak ingin BUMN semuanya mencari laba. BUMN diibaratkan pedang bermata dua. Satu sisi adalah BUMN yang harus mencari laba, tapi satu sisi BUMN adalah alat untuk memajukan ekonomi.

"BUMN ini kan kayak pedang bermata dua. Satu sisi dia adalah lembaga korporasi yang harus mencari laba, yang harus menggerakkan ekonomi, tetapi di satu sisi dia punya mata pedang yang lain, yaitu alat negara untuk memajukan ekonomi," jelas Dahlan saat wawancara dengan detikFinance.

"Jadi yang satu sifatnya korporasi yang harus cari keuntungan, yang satu lagi yang harus bisa dijadikan alat oleh negara, pemerintah untuk memajukan ekonomi. Dua ini kan misi yang sangat besar," tambahnya.

Prioritas untuk mengelola BUMN ini tentu saja berbeda dengan prioritas ketika memimpin PLN. Dahlan yang juga merupakan mantan Dirut PLN mengaku ketika memimpin BUMN listrik itu didasari prioritas listrik adalah penggerak ekonomi jadi semua dilakukan untuk mewujudkannya.

"Waktu di PLN saya punya kepercayaan pribadi, kalau listrik di Indonesia cukup dan baik, maka ekonomi di Indonesia akan luar biasa. Sehingga kalau saya all out di PLN, itu tidak sekadar all out. Tapi dilatarbelakangi oleh ideologi, bahwa kalau listrik di Indonesia ini cukup dan baik, maka ekonomi di Indonesia ini akan luar biasa. Karena listrik adalah penggerak segala-galanya. Karena itu, listrik harus cukup, harus all out," paparnya.

Sempat menjadi 'idola' baru untuk menjadi calon presiden, Dahlan mengaku saat ini keinginannya utamanya adalah memajukan BUMN. Menurutnya, memajukan BUMN yang jumlahnya ratusan itu bisa menjadi hal yang luar biasa. Namun Dahlan mengaku memiliki kekhawatiran jika BUMN terlalu maju, maka tidak akan baik.

"Kalau BUMN ini terlalu maju juga kurang baik. Karena nanti swasta kalah bersaing, nah itu juga tidak baik. Sehingga BUMN juga harus tahu diri, untuk tidak masuk ke sektor-sektor yang swasta sudah bisa mengerjakan, dan swasta sudah mampu mengerjakannya," ujarnya.

Menurut Dahlan, untuk kondisi ideal sebenarnya adalah jumlah BUMN seminimal mungkin dan hanya untuk hal-hal yang paling strategis di negara.

"Karena kalau BUMN terlalu dominan dalam sistem perekonomian suatu negara, itu negara ini berbisnis kan. Masa negara berbisnis? Yang berbisnis kan harus rakyatnya. Ya kan? Karena itu nanti supaya tidak ada kesan negara itu berbisnis, maka BUMN itu harus ketat," tambahnya lagi.

[Source : http://forum.detik.com]

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.