Rabu, 03 Oktober 2012

Dari Salesman Menjadi Bos Perusahaan

Jangan pernah meremehkan pekerjaan salesman. Seringkali salesman diidentikkan dengan pekerjaan tidak bergengsi yang levelnya paling bawah, bahkan seringkali pula di pandang sebelah mata. Padahal justru pekerjaan yang sering menuntut untuk bertemu banyak orang akan menambah relasi dan otomatis juga membuka pintu rezeki lain.

Markus Maturo
Itu pula yang dialami Markus Maturo sebelum menjadi orang sukses di negeri ini. Pekerjaan salesman yang dilakoninya dengan sepenuh hati dan sabar itu siapa sangka telah membuka jalan bagi dirinya untuk menuju pintu kesuksesan yang lebih tinggi. Seperti apa kisah perjuangannya hingga menjadi orang sukses?
Yang pasti hal itu tidak lepas dari kemauan yang keras. Yah, Kemauan untuk belajar dan total memanfaatkan kesempatan menjadi kunci kesuksesan Markus Maturo dalam menjalankan bisnis. Mengawali karier dari nol sebagai seorang salesman, kini Markus telah menjadi juragan enam pabrik.

Mengalir bak air di sungai. Itu gambaran perjalanan karier Markus Maturo, pemilik Adyawinsa Group. Meski tidak pernah bermimpi menjadi pengusaha, ternyata, saat ini dia sukses berbisnis dengan memiliki sedikitnya enam pabrik. Tentu saja semua itu dilewati tidak dengan cara yang mudah.

Lewat bendera Adyawinsa Group, Markus mengelola usaha di bidang otomotif dan nonotomotif. Di bidang otomotif, dia memiliki empat pabrik, yakni dua pabrik stamping bernama PT Adyawinsa Dinamika Karawang dan PT Adyawinsa Stamping Industries, satu pabrik pengolahan plastik bernama PT Adyawinsa Plastic Industries Karawang, dan satu pabrik interior mobil Adyawinsa New World Autoliner yang beroperasi di Thailand.

Di luar otomotif, Markus memiliki dua pabrik. Satu pabrik bergerak di bidang telekomunikasi bernama PT Adyawinsa Telecommunication & Electrical dan satu pabrik di bidang solar panel bernama PT Adyawinsa Electrica & Power.

Sedikitnya, ada 65 perusahaan yang sudah bermitra dengan Adyawinsa Group. Antara lain Suzuki, Daihatsu, General Motor Indonesia, Mitsubishi, Toyota, Meiwa Indonesia, Sharp, Philips,Toshiba, Panasonic, Telkom Indonesia, Spinner, Indosat, Ericsson, Huawei, dan SCS Agit.

Melihat luasnya bidang usaha Adyawinsa Group, mungkin Anda mengira ini kelompok usaha milik keluarga konglomerat. Salah. Adyawinsa Group bukanlah perusahaan warisan keluarga, melainkan hasil dari perjuangan seorang yang sales yang tak pernah kenal lelah.  Markus sendiri yang membangun grup usaha ini dari nol.

Menjadi Salesman
Selepas dari dari Akademi Teknik Mesin Indonesia (ATMI) Solo, Jawa Tengah, pada tahun 1991, dia bekerja sebagai kepala proyek di perusahaan konstruksi. “Orangtua mau membiayai saya kalau saya kuliah di ATMI,” kata anak penjual gado-gado ini.

Markus hanya bekerja di Solo selama enam bulan. Sebab, ia diminta untuk bergabung di perusahaan sang kakak bernama PT Enceha Pacific yang saat itu bergerak di bidang perdagangan epoxy tooling. “Saya jadi tenaga penjual,” kenangnya.

Selama menjadi salesman, Markus harus sering berinteraksi dengan perusahaan komponen otomotif. Dari seringnya bertemu orang membuat dia banyak memiliki kenalan. Hingga pada suatu hari, dia bertandang ke salah seorang pelanggan yang ada di Inoac Indonesia, perusahaan yang memproduksi jok dan interior mobil.
“Engineer Inoac sedang pusing saat itu karena komponen stay headrest pesanan Toyota banyak yang direjek,” tutur suami dari Ariyanti Koswara ini. Keberuntungan rupanya berpihak pada Markus.

Karena Inoac menawari Markus memproduksi komponen tersebut. Karena merasa tidak memiliki peralatan produksi, ia menanyakan alamat pemasok stay headrest yang ada di Tangerang dan Cibubur. “Saya pun membeli 10 biji di Cibubur,” kenang lelaki kelahiran Kroya, Jawa Tengah, 2 Maret 1970 ini. 

Hanya Mengamplas
Komponen yang Markus beli memang seret ketika dimasukkan ke stoper. Dia pun berinisiatif untuk mengampelasnya sendiri. “Ternyata mereka puas dengan produk saya. Sejak itu order pun bertambah menjadi 100 biji. Saya masih ampelas sendiri. Hingga akhirnya, mereka pre-order hingga 1.000 biji,” katanya.
Mendapat limpahan order, dia mulai merasa kewalahan. Karena itu Markus memutuskan untuk merekrut para pengangguran yang ada di sekeliling rumahnya. Sembari memenuhi order, dia tetap bekerja di perusahaan sang kakak.

Ketika order meningkat hingga 10.000 biji, mau tidak mau, Markus harus meningkatkan produksinya. Tahun 1994, dengan bermodal Rp 25,7 juta, dia membeli beberapa mesin pres dan mesin bubut.
“Karena sudah ada karyawan, saya putuskan untuk keluar dari pekerjaan sebagai sales,” kata Markus yang memulai usahanya di sebuah garasi berukuran 120 meter persegi (m²) milik sang kakak.

Tahun 1995, Mitsubishi memesan beberapa komponen untuk mobil keluaran baru mereka, yaitu Mitsubishi Kuda. “Awalnya mereka ragu dengan lokasi usaha saya yang dekat pemukiman warga. Mereka minta saya pindah ke kawasan industri,” katanya menuturkan rintangan yang dihadapi pada awal merintis usaha.

Mitsubishi pun memberikan order dan uang muka yang oleh Markus dipakai untuk membeli lahan seluas 1.400 m² di Jababeka. “Proses pembangunan pabrik butuh waktu 18 bulan. Selama itu, saya tetap produksi di garasi,” katanya. Tahun 1996, orderan datang lagi dari General Motor yang akan meluncurkan Opel Blazer, mereka meminta dibuatkan cover engine.

Usaha Markus terus berkembang, komponen otomotif yang dia produksi pun semakin banyak. Hingga, akhirnya, dia mendapatkan order dari Philips untuk memproduksi komponen rumah lampu (armatur). “Mesin yang kami miliki itu bersifat universal. Bisa untuk komponen otomotif maupun non otomotif,” jelasnya.

Bisnis Markus makin luas. Dia juga merambah dunia telekomunikasi dengan memasok komponen base transceiver station (BTS).

Seiring berkembangnya jenis produk dan meningkatnya pesanan, sampai sekarang Markus terus menambah pabrik. “Sejak tahun 2007, dalam setahun, minimal ada penambahan satu pabrik,” tuturnya. Tahun ini, dia akan menambah satu pabrik dan tahun depan akan menambah dua pabrik lagi.

[Source : surabayapost.co.id]

1 komentar:

Luar biasa....Kakang Markus Maturo

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.