Investasi pada produk keuangan dan di
bursa seperti reksadana dapat menuai badai. Setelah sempat naik, mulai
di pertengahan tahun 2011 ini investasi pada reksadana mengalami
penurunan yang cukup dalam seperti halnya terjadi di tahun 2003, 2005
dan 2008 yang lalu. Pertanyaannya yang kemudian timbul adalah “Wah,
kalau begitu tidak ada tempat yang aman dong untuk berinvestasi? Apakah
tidak sebaiknya dana saya disimpan di rumah saja di lemari atau di bawah
bantal?” Menyimpan uang di rumah juga sama berisikonya dengan
menempatkan uang di lembaga keuangan. Risiko dicuri oleh orang rumah,
dicuri pencuri bisa menyebabkan uang yang kita simpan di rumah berkurang
atau hilang.
Di Indonesia masih banyak anggota
masyarakat yang tidak bisa membedakan antara menyimpan uang dengan
berinvestasi. Apabila menyimpan uang di rumah atau berbentuk tabungan di
bank saja mengandung risiko, apalagi yang namanya berinvestasi. Satu
hal yang harus selalu diingat adalah bahwa tidak ada satu pun investasi
yang bebas dari risiko 100 persen. Oleh karena adanya risiko inilah,
maka dari itu kita harus melakukan analisa sebelum berinvestasi untuk
meminimalkan risiko tersebut (bukan menghilangkan).
Bagaimana
cara meminimalisasi risiko tersebut? Banyak cara yang bisa dilakukan.
Pertama harus selalu diingat bahwa risiko investasi selalu berbanding
lurus dengan hasil investasinya. Artinya, semakin tinggi bunga atau
hasil yang diharapkan maka akan semakin tinggi risikonya. Adapun
sekarang sudah ada beberapa produk investasi yang bisa memberikan hasil
investasi yang kompetitif (bukan tinggi) tetapi dengan risiko yang
terkontrol (manage). Akan tetapi masih banyak saja investor di Indonesia
yang tidak menggunakan akal sehat dengan berinvestasi pada produk yang
menjanjikan hasil yang tinggi.
Pernah dengan istilah Don’t Put Eggs in
One Basket? Atau dapat diartikan apabila kita memiliki banyak telur
jangan menempatkan semua telur tersebut di dalam satu keranjang.
Sehingga apabila keranjang tersebut jatuh maka telur-telur tersebut akan
pecah semua. Peribahasa ini bisa juga dipergunakan pada investasi kita.
Karena tidak ada satu pun jenis investasi yang 100 persen aman, maka
investasi sebaiknya dilakukan ke dalam beberapa keranjang investasi. Di
dalam dunia keuangan hal ini dikenal dengan istilah diversifikasi.
Investasi bisa dilakukan dengan
menggunakan produk-produk investasi yang ditawarkan oleh institusi
keuangan maupun produk non keuangan. Menggunakan kombinasi dari
produk-produk tersebut juga ikut mengurangi risiko. Beberapa produk
non-keuangan yang dapat dipergunakan untuk berinvestasi adalah: Property
(rumah tinggal, apartemen, ruko, kios, dll), kendaraan bermotor,
emas/logam mulia (perhiasan dan emas keping/batangan), berlian dan
perhiasan berharga, lukisan, barang antik, dan masih banyak produk
lainnya yang dapat dipergunakan.
Sedangkan produk-produk keuangan antara
lain produk perbankan seperti tabungan, deposito dan SBI, produk pasar
modal seperti saham, surat utang (obligasi), reksadana, produk asuransi
seperti whole life dan unit link, valuta asing (mata uang), indeks,
future dan banyak lagi produk investasi baik yang ditawarkan secara
lokal maupun yang dijual di luar negeri.
Kemudian lihat profil dari masing-masing
produk. Apakah produk tersebut berisiko tinggi, sedang, atau kecil.
Risiko dari produk inilah yang kemudian disesuaikan dengan toleransi
risiko kita. Dan terakhir pergunakan kombinasi dari produk-produk ini
untuk menghasilkan suatu kumpulan produk investasi yang dikenal dengan
sebutan portfolio atau dalam bahasa Indonesia adalah portofolio. Di mana
besarnya persentase dari masing-masing produk yang akan dipergunakan
disesuaikan dengan masing-masing tujuan investasi.
Dengan menggunakan cara-cara ini
diharapkan risiko berinvestasi dapat diperkecil dan dana kita akan
merasa lebih tenang, Sehingga ketika pasar sedang turun sekarang, kita
tidak perlu panik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.