Jumat, 18 Februari 2011

Biaya mengakses biro kredit Rp 9.000

Indonesia akan segera memiliki biro kredit swasta. Kalau tak ada onak dan duri, biro kredit independen ini bakal berdiri pada Januari 2012. Untuk itu, sepanjang 2011, pengelola akan memulai mengumpulkan data dari lembaga keuangan, perbankan, termasuk perusahaan telekomunikasi.

Untuk mendukung pendataan itu, biro kredit akan memasukkan data Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia (BI) yang memuat sekitar 47 juta data debitur. Ketika beroperasi nanti, setidaknya biro kredit swasta mulai mengoleksi 3 juta data tambahan.

Jos Luhukay, Wakil Direktur Utama Bank Danamon yang juga pengurus bidang teknologi Perbanas, mengatakan, Indonesia akan menerapkan model biro kredit di Mesir. Total investasi pendirian biro kredit swasta ini sekitar US$ 5 juta-US$ 10 juta alias Rp 44,5 miliar-Rp 89 miliar (kurs Rp 8.900 per dollar AS).

Biaya ini tergantung pada model investasinya. "Dalam model yang sedang dimatangkan untuk Indonesia, capex alias modal usaha diubah menjadi opex atau biaya-transaksi dengan model Arsitektur Teknologi Perbankan Indonesia (ATPI) yang dicanangkan Perbanas sejak 2004," kata Jos kepada KONTAN, Kamis (25/11).

Cara menghitung biaya transaksi sangat sederhana. Yakni, total biaya operasi per tahun atau per bulan dibagi jumlah permintaan. Jika menggunakan sistem di Mesir, biaya transaksi hanya US$ 1 atau sekitar Rp 9.000 per akses biro kredit swasta.

Kini sudah ada beberapa calon pemodal yang akan masuk ke biro kredit swasta. "Investornya dari mancanegara, diharapkan akan ada beberapa konsorsium," imbuh Jos.

Belajar dari pengalaman Mesir, biro kredit swasta mendatangkan banyak manfaat. Pertama, menaikkan indeks bisnis dan mendorong pertumbuhan bisnis. Kedua, membantu penerapan manajemen risiko. Ketiga, khusus di bank, penerapan Basel II semakin tajam.

Sejak lahirnya biro kredit swasta, di negeri Sungai Nil, nilai rasio kredit bermasalah (NPL) yang tadinya tinggi jadi merosot tajam. Selain itu, indeks dunia bisnis berdasarkan hitungan Internatioal Finance Corporation (IFC) di Mesir naik, dari 120 menjadi 171.

Biro kredit juga menciptakan transparansi informasi debitur. Selain bank mengetahui dengan jelas kondisi debitur, si debitur juga mengetahui posisi indeks bisnisnya.
Khusus di perbankan, biro kredit juga bisa membuat sebuah bank mengurangi nilai provisi. Alhasil, bisa meningkatkan laba bank.

[Source : keuangan.kontan.co.id]

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.